Read and Click at Your Own Risk. The author/publisher of this blog, by all mean, is not responsible for any direct or indirect negative outcome experienced directly or indirectly by the reader/visitor of this blog resulting from reading its content or using the link or implementing any suggestions made or impliedly made by the author/publisher of this blog or other author or commentator of this blog.

Selasa, 28 Agustus 2007

Kehidupan Berangkutan di Jakarta

Hari ini tanggal 28 Agustus 2007, habis makan siang, biasa, saya duduk didepan kantor sambil merokok. Rekan-rekan sekantor para perokok juga ikut duduk-duduk sambil merokok. Tiba-tiba ada rekan yang turun dari Metro Mini langsung saja saya tanyakan dapet berapa dompet loeh? “14” katanya. Tertawalah semua rekan-rekan perokok lainnya.

Terjadilah pembicaraan ngalor ngidul yang akhirnya si rekan yang baru turun dari Metro Mini memulai pembicaraan sekitar pengalamannya tercopet atau hampir tercopet (sial juga kawan ini, ternyata pengalamannya bukan satu). Yang pertama si rekan ini sedang melakukan perjalanan dengan angkot dari Lebak Bulus kearah mana gitu saya lupa. Ditengah perjalanan ada sekelompok anak muda naik dan membagi-bagikan selebaran mengenai pijat refleksi. Salah satu pemuda yang tadi duduk disebelah kiri rekan saya ini. Tiba-tiba pemuda yang satu lagi, jongkok didepan kawan saya langsung pegang kaki kiri kawan saya ini dan bilang “mari bang saya pijit buat percobaan, gratis”. Karena dipaksa-paksa akhirnya si kawan membiarkan kaki kirinya dipijit. Ternyata kawan ini menaruh handphonenya di kantung celana kiri. Lagi dipijit ia merasa kok hp dicelannya makin bergeser keatas. Lalu dengan siku kirinya ia mencoba menahan hpnya dan merasakan dorongan. Ternyata kawanan penjahat yang duduk dikiri kawan saya itu, dia membawa tas atau map ditangan kanannya gitu, menutupi tangan kirinya yang menggeser-geser hp kawan saya ini agar melesat kebelakang sehingga jatuh dikursi untuk dicopet. Secara insting kawan saya tersebut, merasa terancam, langsung melayangkan sikunya kemuka orang tersebut. Dan langsung teriak “Heh! Mau nyopet hp gue, loe pade?” Mereka tentunya tidak mau ngaku dan berlaga pilon. Teman saya kebetulan melihat kumpulan tukang ojek dipinggir jalan, minta supir untuk berhenti. Supir berhenti dan kawan tersebut minta pertolongan para tukang ojek. Habis juga kawanan tersebut dipukuli kata kawan saya tersebut dan mereka digiring ke polsek terdekat.

Setelah itu saya jadi ikut bercerita mengenai pengalaman rekan kerja yang lainnya yang diceritakan kesaya. Kejadiannya juga sama di Metro Mini, hanya kejadiannya di dekat Benhil. Kejadiannya pada waktu itu Metro Mini lagi padat sehingga rekan saya tersebut hanya kedapatan berdiri dan rapat. Jadi si rekan ini berdempetan dengan penumpang lain yang berdiri. Namanya naik Metro Mini yang sebentar-bentar berhenti jalan berhenti jalan tiba-tiba pada waktu Metro Mini berjalan dia merasakan mendadakan dingin dikantong kiri depan celananya. Yang pernah kecopetan dompet pasti mengetahui perasaan itu. Rupanya si pencopet menggunakan momentum pergerakan maju-mundur maju-mundurnya penumpang selagi berdiri di Metro Mini untuk memasukan tangan dan mencabut tangan sehingga tidak terlalu berasa. Rekan saya tersebut yang seorang muslim soleh langsung menyebut dalam hati “Astagfirullah saya kecopetan”. Rekan saya tersebut hanya berpikir yah diikhlaskan saja lah mungkin orang tersebut lebih memerlukan, rekan tersebut hanya diam saja. Ternyata setelah beberapa menit Metro Mini berjalan pundak rekan saya tersebut ditepuk dari belakang. Teman saya menengok, orang tersebut bilang maaf yah mas ini barangnya. Langsung aja setelah itu orang tersebut buru-buru turun. Ternyata yang dicopet orang tersebut adalah Al Qur’an pocket size yang kebetulan dikantungi. Rekan saya tersebut juga karena agak grogi sampai lupa bahwa yang dikantungnya tersebut adalah Qur’an. Tobat kali tuh pencopet…

Terus rekan saya yang pertama tersebut bercerita lagi kejadian di bus (saya lupa jurusan mana). Dia waktu itu kejadiannnya sama, lagi berdiri dibus yang padat. Tetapi kali ini seorang wanita mepet-mepet sembari menggesek-gesekkan dadanya seirama goyang-goyangnya berdiri didalam bus yang berjalan. Konsentrasi rekan saya tersebut jadi buyar. Tetapi akhirnya dia merasa ada tangan didalam sakunya yang ada hp-nya. Wah, nggak beres nih pikir rekan saya tersebut. Karena wanita rekan tersebut jadi agak berani. Langsung aja dia tanya tinggal dimana blah-blah-blah… terus rekan saya bilang kalau gitu mbak, kita ketempat mbak aja, saya bayar, kata rekan saya tersebut. Lalu si mbak tersebut agak marah-marah dan bilang memang saya wanita apaan. Ternyata tangan si wanita tersebut, mungkin masih berharap tidak ketahuan, masih sebagian tertinggal dikantong si rekan saya tersebut. Langsung buru-buru rekan saya menangkap tangan wanita tersebut dari luar saku dan bilang kalau gitu kenapa tangan mbak ada dikantong celana saya, mau nyopet yah? Lalu ada seorang laki-laki bergegas kebelakang langsung menanyakan mbak kenapa? Ada yang bisa dibantu? Seperti itu kata laki-laki tersebut. Langsung saja rekan saya tersebut teriak, kamu satu komplotan yah? Sepertinya mereka kaget dan langsung bergegas turun. Gila bener, cewek juga bandit.

Sebenarnya ada kejadian lainnya tapi nggak seberapa seru untuk diceritakan. Yah gitu lah kehidupan berangkutan di Jakarta.

Tidak ada komentar: